Orek-Orek
1
H-1 to D-Day
TL
19 Juni 2018
Menjelang dua hari menuju penggenapan
usianya yang ke-21, nampaknya ada sesuatu yang beda dari biasanya. Ya, ia tak
pernah sekalipun merayakan hari berkurangnya usia selama sudah hampir dua puluh
satu tahun menghirup udara di belahan bumi ini. Yups, that’s like an unusual activity, banyak sekali saudara,
kerabat, dan tetangga-tetangganya yang menyibukkan diri di rumah kecil itu. Bau
asap dari pawon yang sudah
bertahun-tahun ibunya gunakan untuk mengenyangkan perut suami dan anak-anaknya
itupun berbau beda dari biasanya. Bau khas ikan asin, tempe tahu goreng yang ga
pernah absent seharipun, serta bau
khas masakan oseng-oseng dan sayur lethok tahu tempe bosok yang biasanya aromanya paling menusuk di hidung siapa
saja yang melintas, tak tercium sedikitpun.
Hmm... lantas bau apa yang
tertangkap di hidung-hidung manusia itu?
Yakni bau ragi yang dioleskan
pada beras ketan yang sudah dinanak,
bau khas gula jawa yang dicampuradukkan dengan beras ketan, bau khas santan yang dituangkan ke dalam adonan, bau khas
cabai merah yang diuleg di cobek.
Sudah seperti orang hajatan saja. Uwooo... nampaknya rumah kecil itu memang mau
mengadakan sebuah hajatan. Hajatan merayakan umur anak sulungnya yang ke dua
puluh satu kah? Atau hajatan merayakan kelulusan Sekolah Dasar anak
bungsunyakah? Bukan juga. Lantas hajatan untuk siapa dan dalam rangka apa? Jangan-jangan
hajatan dalam rangka perayaan penurunan berat badan anak sulungnya. Ah tak
juga. Lantas? Hem.. Jadi, hajatan sederhana yang akan digelar dalam rumah kecil
itu dalam rangka tasyakuran anak sulungnya yang sebentar lagi akan diambil
orang. Hah? Diambil orang kok malah hajatan dan bersyukur? Ya lah, kan diambil
dalam rangka menyempurnakan separuh agamanya. E cieee :-p
Itulah kenapa setiap manusia yang
terlahir di dunia ini secara nalurinya pasti akan disebut-sebut sebagai makhluk
sosial atau kalau bahasa gaulnya orang sering menyebutnya zoon politicon. All right, let’s
we next to the point. Pastilah, dalam penyelenggaran hajatan yang sekalipun
itu sangat tidak memper kalau orang
Jawa bilang, sekalipun itu sangat sederhana, kita gabakalan bisa buat ngurusin
semuanya. Sanak saudara dan teman-teman gendheng
sekalipun akan sangat kita butuhkan uluran tangannya. Likes the people in the picture bellow! Pakdhe, budhe, mbah,
mbakyu, pak lik, dan kakung tercintahnya turut terjun lapangan pula buat rajang-rajang jamur. Teman-teman dan
adik-adik tingkat yang ahli ronda malam ini pulalah yang turut membantu tanpa dapet upah apa-apa :-D. Mereka turut melancarkan ngudhak
puding di pawon, bikin souvenir ala-ala, bikinin photobooth yang kece abis. Serta tak luput dari doa yang tulus dari teman-teman dan mbak-mbak yang LUAR BIASA. :-)
Semoga senantiasa Allah mudahkan urusan saudara-saudara dan teman-teman sekalian :-*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar